Waktu itu guru tharikatpenulis kerap berulang-alik ke Medan dan bila beliau kembali ke Malaysia mesti membawa berbagai jenis batu-batu cincin-batu mulia yang terkadang langsung dibelinya semasa di Medan dan adakalanya hadiah dari teman-teman seperguruan beliau.
Dikala itu di Kuala Lumpur sedang trend batu-batu cincin jenis 'big size' yang biasanya hanya terdiri dari jenis batu akik.Dan kebanyakan batu-batu akik 'big size' itu adalah keluaran dari Pulau Kalimantan.
Dan dikawasan Masjid India Kuala Lumpur tempat penjualan batu-batu cincin jenis "big size" belum ramai yang menjualnya,maka ketika itu penulis menjadi tumpuan pencinta batu-batu cincin.
Batu cincin jenis "bigsize" bukanlah batu-batu jenis mahal,kebanyakan hanya dari jenis-jenis batu akik biasa.Cuma dengan warna-warna yang cantik seperti warna hijau lumut,warna batu pyrus sangat menarik perhatian para pengumpul batu-batu cincin.
Batu akik itu sangat cantik (seperti gambar diatas) dan dia membawa begitu banyak,mungkin waktu itu fenomena 'kegilaan' kepada batu-batu mulia tak seperti sekarang ini.maka harganya sangat murah dijualnya hingga seharga RM 5 sahaja.
Namun Anda kini jangan terkejut bila berkunjung ke Indonesia seperti ke Pekan baru di Riau .Padang dan Bukittinggi di Suamtera Barat atau ke bandar Acheh bahkan hingga ke kota-kota besar dan kecil di pulau Jawa,Kalimantan hingga ke pulau-pulau di Indonesia Timur.Batu-batu Giok(Jed) kini jadi kegilaan masyarakat 'pencinta batu mulia' yang dapat menyaingi glamour primadona Batu Giok Aceh ini hanyalah Batu Bacan dari kepulauan Ternate Maluku Utara.
Fenomena 'demam kegilaan' batu mulia sudah merata -melanda masyarakat dari berbagai taraf dan kalangan rakyat.Hingga beberapa bulan terakhir ini di sudut-sudut jalan atau dibawah pohon rimbun akan kita lihat hamparan bahan batu cincin dan penggosoknya dengan menggunakan peralatan gosok yang masih cukup sederhana.
Kita melihat, beberapa lelaki muda-tua duduk atau jongkok sambil menunggu bahan batu mereka yang tengah digosok. Mereka pun akan betah berada ditempat itu berjam-jam lamanya hanya untuk menanti hasil gosokan atau pun hanya sekedar ngobrol dengan sesama penggemar batu.
Ditemani segelas kopi dan rokok serta makanan ringan, mereka tidak begitu mempedulikan kebisingan persekitaran dan teriknya matahari.
Begitulah,fenomena sehat yang melanda ini sudah tentu akan menjana ekonomi rakyat.Yang lebih hebatnya batu asal Indonesia (khususnya) telah mendapatkan tempat khusus dihati para penggemar batu di Indonesia, maupun internasional.
Dalam banyak pameran dan perlombaan yang kerap diselenggarakan 1-2 tahun terakhir, penghobi batu asal luar negeri hadir untuk melihat secara langsung keindahan dan keunikan batu asal Indonesia.
Tidak sedikit diantara mereka yang membeli batu-batu asal Indonesia dan dibawa ke Negara asal mereka.
Pernahkah Anda mendengar batu cincin bernama Batu Bacan? 2-3 tahun terakhir, batu asal pulau Bacan dari Maluku ini memang membuat bangga Indonesia.
Keunikan Batu Bacan ini adalah batu ini ‘terkesan’ hidup, kerana warna hitam di batu tersebut akan hilang jika terus dikenakan baik itu sebagai cincin maupun kalung liontin.